Tarian Jepen Bagenjoh yang menyemarakkan acara seminar transformasi ekonomi Kaltim di BI Samarinda.
Catatan Rizal Effendi – TRANSFORMASI Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur dipacu lagi. Antara lain ditandai dengan dibentuknya Tim Percepatan Transformasi Ekonomi Kaltim (TPTEK). Ketuanya dipercayakan kepada Dr Aji Sofyan Effendi, SE, M.Si. Dia dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB Unmul), sekaligus ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Samarinda.
Hasil kajian TPTEK dipaparkan Aji Sofyan dalam Seminar Nasional Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur di Aula Maratua Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Rabu (4/12) kemarin. Seminar ini adalah hasil kolaborasi BI Kaltim bersama Pemprov Kaltim dan ISEI Samarinda. Dibuka oleh AFF Sembiring, Staf Ahli Gubernur Bidang Polhukkam dan sambutan pembuka dari Kepala Perwakilan BI Kaltim Budi Widihartanto.
“Transformasi ekonomi bagi Kaltim sangat penting dan mendesak,” kata Sembiring membacakan sambutan tertulis Pj Gubernur Akmal Malik.
Sebelumnya peserta seminar menyaksikan tari jepen bagenjoh dari Sanggar Bakti Nusantara Samarinda. Seminar lebih hidup dan menarik karena dipandu mantan presenter cantik tvOne, Chacha Annisa.
“Sekarang saya tidak di TV lagi, tapi menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan,” katanya menjelaskan.
Chacha, yang sehari-hari dosen, selain cantik juga dikenal cerdas dalam memandu acara.
“Selama ini saya cuma lihat di TV, baru sekali lihat langsung orangnya. Memang cantik,” kata Aji Sofyan bercanda.
Ketika foto bersama, Staf Ahli Sembiring sempat mengajak Chacha berdiri di sampingnya. Diapit Kepala Perwakilan BI. Sembiring juga yang memberikan plakat kepada Chacha sambil tersenyum.
Chacha lebih dulu memperkenalkan para pembicara. Selain Aji Sofyan, juga Eka Chandra Buana (Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Bappenas RI) serta Direktur Bioenergi Edi Wibowo mewakili Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Prof Eniya Listiani Dewi. Sedang penanggapnya adalah Jaya Wahono (Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan KADIN Indonesia) dan Prof Dr H Priyagus, SE, M.Si (Guru Besar FEB Unmul).
Hadir sejumlah pejabat perbankan, OJK, Kanwil Pajak, akademisi, dan para mahasiswa. Juga datang Dr Thomas Umbu Pati Tena Bolodadi, Deputi Pengendalian Pembangunan Otorita IKN, mantan Pj Sekprov Kaltim Dr Meiliana, Kepala Perwakilan BI Balikpapan Robi Ariadi serta beberapa kepala dinas dan instansi terkait. Sebagai ketua ISEI Balikpapan saya juga hadir.
Menurut Budi Widihartanto, ada tiga hal urgen mengapa transformasi ekonomi penting bagi Kaltim. Yaitu adanya risiko ketidakpastian ekonomi global semakin besar, dukungan IKN yang diperlukan juga komitmen net zero emission (NZE) Indonesia dan dunia.
Edi Wibowo mengungkapkan, potensi energi baru terbarukan (EBT) di Kaltim mencapai 7145,37 MW. Pemerintah juga membuat revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN). Selain strategi untuk tetap menjaga ketahanan energi, transisi energi mencapai puncak emisi di 2035 dan NZE pada tahun 2060 serta penguatan dana dekarbonisasi sektor energi dan ketahanan energi.
Sementara itu, Eka Chandra Buana menjelaskan, dalam rangka mencapai Indonesia Emas 2045, maka agenda tranformasi Indonesia diarahkan kepada transformasi sosial, transformasi ekonomi dan transformasi sosial budaya dan ekologi.
Menurut dia, khusus pada transformasi ekonomi, maka programnya ditumpukan pada iptek, inovasi dan produktivitas ekonomi. Selain juga penerapan ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik dan global serta perkotaan hingga perdesaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Balikpapan dan Samarinda masuk dalam kelompok 5 kota perdagangan di Indonesia,” tambahnya.
Banyak pihak menilai transformasi ekonomi Kaltim terasa berjalan stagnan.
“Sepertinya masih sebatas seminar dan konsep. Belum ada roadmap atau peta jalan yang jelas,” kata Aji Sofyan.
Beberapa identifikasi mengungkapkan bahwa transformasi ekonomi belum dikenal luas dan belum relevan di masyarakat termasuk dunia usaha. Selain juga kebijakan pemerintah dan aspirasi sektor swasta belum tersinkronisasi secara optimal.
Identifikasi lain menyebutkan investasi sektor non-migas dan non-batu bara belum meningkat secara signifikan. Serta instrumen untuk mengimplementasikan kebijakan transformasi ekonomi belum tersedia secara jelas dan progresif.
Direktur Perencanaan Makro Badan Otorita IKN, Dr Agustomi Masih, M.Dev.Plg memberikan testimoni, Menurut dia, transformasi ekonomi merupakan upaya untuk mencapai mimpi besar dan cita-cita mulia menjadikan Kaltim bersama IKN sebagai penggerak ekonomi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, implementasinya memang harus dipercepat.
PERDA BATASI TAMBANG
Menurut Aji Sofyan, ada beberapa poin penting dari hasil kajian dan kesimpulan yang dibahas tim transformasi ekonomi Kaltim yang perlu segera ditindaklanjuti. Dia dan timnya memandang perlu segera dilakukan percepatan sebelum potensi sumber daya alam (SDA) Kaltim keburu habis.
Pertama, pengembangan infrastruktur untuk sektor pertanian dan industri pengolahan. Dengan akses infrastruktur yang baik, maka biaya produksi dan distribusi akan berkurang, yang dapat meningkatkan daya saing produk lokal serta mengurangi ketergantungan pada sektor tambang.
Kedua, rehabilitasi dan pengelolaan lahan bekas tambang untuk pertanian, peternakan dan EBT. Rehabilitas ini akan mengurangi dampak lingkungan dan mengubah lahan yang sebelumnya terdegradasi menjadi sumber produktivitas baru serta mendukung pencapaian target energi terbarukan.
Ketiga, peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat lokal dalam diversifikasi ekonomi. Masyarakat yang memiliki keterampilan akan lebih siap menghadapi perubahan ekonomi dan berkontribusi pada keberhasilan diversifikasi sektor ekonomi.
Keempat, pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan pembiayaan hijau. Meningkatnya penggunaan EBT akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, meningkatkan ketahanan energi, serta mengurangi emisi karbon.
Kelima, diversifikasi ekonomi melalui pengembangan wisata lahan bekas tambang. Diversifikasi ini akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata, dan memberikan alternatif ekonomi bagi masyarakat yang sebelumnya bergantung pada sektor tambang.
Keenam, penguatan perdagangan dan logistik untuk mendukung sektor pengolahan. Akses pasar yang lebih luas dan efisien akan meningkatkan kapasitas produksi sektor pengolahan dan mempercepat distribusi produk, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Ketujuh, kerjasama akademisi, industri, dan pemerintah dalam inovasi teknologi. Adopsi teknologi baru akan meningkatkan efisiensi sektor-sektor alternatif, mempercepat transformasi ekonomi, serta menciptakan solusi inovatif yang mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan di Kaltim.
Kedelapan, penyusunan regulasi daerah tentang pembatasan usaha pertambangan dan percepatan transformasi ekonomi. Perda Pembatasan Pertambangan akan mengarahkan pengurangan ketergantungan ekonomi pada sektor tambang, sementara Perda Transformasi Ekonomi akan mempercepat pengembangan sektor pertanian dan industri pengolahan.
Para peserta baik yang hadir langsung maupun tidak (daring dan luring) mengapresiasi digelarnya seminar transformasi ekonomi Kaltim.
“Mudah-mudahan implementasinya semua pihak komitmen dan cepat. Bukan karena ada Chacha,” kata seorang peserta tersenyum. (*)