Catatan Rizal Effendi
SEKITAR pukul 20.00 tadi malam (Minggu malam) saya menerima kabar dari Bu Mei (Dr Meiliana), Pak Awang Faroek Ishak sedang dirawat di ICU RS Kanujoso Balikpapan. Kondisinya dilaporkan kritis dan masih dalam monitor ketat tim dokter karena cenderung terus menurun.
Saya tidak tahu kenapa Pak Awang dirujuk ke RSUD Kanujoso? Tapi setahu saya beliau memang suka menjalani perawatan di sana. Sudah beberapa kali beliau memang dirawat di Kanujoso.
Belum sempat membesuk, satu jam kemudian saya mendapat kabar Pak Awang sudah tiada. Allah sudah menentukan batas hidupnya. Dia meninggal dunia sekitar pukul 21.00 WIT dalam usia 76 tahun.
“Benar beliau telah tiada. Pak Awang dibawa dari Samarinda ke Balikpapan Minggu (22/12) siang sekitar pukul 11.00. Sampai di Kanujoso kondisinya drop dan langsung ditangani di ICU. Allah menentukan jalannya, beliau menghebuskan nafas terakhir sekitar pukul 21.00,” kata Direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, dr Edy Iskandar.
Berita meninggalnya Pak Awang langsung merebak di media sosial. Termasuk ucapan bela sungkawa dari berbagai pihak termasuk Pemprov Kaltim. Semua mengucapkan duka cita mendalam atas kepergian tokoh terbaik Kaltim itu seraya mendoakan arwahnya diterima Allah SWT dengan husnul khotimah.
Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik dan Sekdaprov Sri Wahyuni melayat dan melepas jenazah Pak Awang pada pukul 22.30 dari ruang jenazah RSUD Kanujoso. Saya juga sempat hadir. Dengan menggunakan ambulans Pemprov Kaltim jenazah dibawa ke rumah duka di Jl Barito 18 Samarinda. Senin, hari ini dimakamkan di pekuburan Sukarame Tenggarong, kampung halamannya.
Akmal sempat ikut mengangkat keranda jenazah. “Kita kehilangan tokoh yang sangat berpengaruh dan kita hormati, Pak Awang Faroek. Orang tua kita. Kita bersaksi bersama-sama almarhum adalah orang yang sangat baik. Insyaallah jannah. Kita doakan keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran,” ucapnya.
Pj Gubernur sempat menyalami putri almarhum, Dayang Donna Faroek. Hal yang sama juga dilakukan Sekdaprov Sri Wahyuni. “Terima kasih Pak Pj dan Ibu Sekda atas perhatiannya,” kata Donna dengan wajah sembab.
Pak Awang sudah cukup lama sakit setelah mendapat serangan stroke ketika masih menjabat gubernur Kaltim periode kedua, 2013-2018. DPRD Kaltim sempat ingin mempansuskan kondisi kesehatannya, tapi Pak Awang terus bekerja. Dia tipe orang pantang menyerah. Dalam kondisinya yang terbatas dan berada di kursi roda, dia tetap menjalankan tugas baik sebagai gubernur dan lanjut menjadi anggota DPR RI.
Ketika putra pertamanya Awang Ferdian Hidayat meninggal hari Minggu, 5 September 2021, orang mengira Pak Awang yang sudah tiada. Isu Pak Awang berpulang sudah beberapa kali merebak. Tapi dibantah oleh pihak keluarga.
Banyak orang memuji melihat semangat Pak Awang yang luar biasa. Termasuk Presiden Jokowi. Dia ikut hadir ketika Jokowi meresmikan jalan tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) tahun 2019 meski berada di kursi roda. Jalan tol pertama di Kalimantan itu boleh dibilang dibangun atas prakarsanya dan sebagian dibiayai APBD Kaltim. Banyak yang mengusulkan agar jalan tol Balikpapan-Samarinda dinamai Jalan Tol Awang Faroek Ishak.
Pak Awang dilahirkan di Tenggarong, 31 Juli 1948. Buah pernikahannya dengan Ence Amelia Suharni, mereka dikarunia 3 orang anak dan beberapa cucu. Anak pertamanya, Awang Ferdian Hidayat meninggal dunia hari Minggu juga tiga tahun lalu akibat serangan jantung sewaktu tidur. Anak keduanya, Dayang Donna Walfiares Tania (Ketua Kadin Kaltim) dan ketiga, Awang Fauzan Rahman.
BAPAK PEMBANGUNAN KALTIM
Awang Faroek Ishak yang mendapat gelar Awang Ngebei Setia Negara dari Kesultanan Kutai Kartanegara dikenal luas sebagai seorang akademisi, politikus dan birokrat ulung. Visoner dan kaya dengan terobosan.
Dia lulusan IKIP Malang. Lalu mendapat magister manajemen dan magister Ketahanan Nasional di Universitas Indonesia. Mengikuti Sespanas Angkatan IX dan peserta berprestasi tertinggi di Lemhanas XXV serta mendapat gelar profesor tamu dari Universitas Victoria, Melbourne, Australia.
Dia merintis karier sebagai staf di Kantor Gubernur tahun 1973, lalu menjadi dosen dan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Mulawarman (Unmul). Dia mengajar Kewiraan di Fakultas Ekonomi dan saya salah seorang mahasiswanya. Dia juga mengajar dan mendirikan Untag Samarinda.
Pak Awang kuat berorganisasi. Pengalamannya sebagai Ketua KNPI dan Ketua PGRI Kaltim serta bergabung ke Golkar mengantarkan dia masuk ke dunia politik dan birokrat. Dia jatuh bangun tapi jalan terus dan sukses.
Dia terpilih menjadi anggota DPR RI dua periode (1987-1992 dan 1992-1997) di era Presiden Soeharto. Karena ada pergolakan politik di Jakarta dia balik ke Kaltim. Sempat menjadi Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kantor Gubernur. Ketika dilakukan pemekaran Kutai, dia dipercaya Gubernur Suwarna menjadi Plt Bupati Kutai Timur (Kutim).
Selanjutnya dia terpilih menjadi Bupati Kutim definitif tahun 1999. Belum sampai 5 tahun dia mundur mengikuti pemilihan gubernur (Pilgub) Kaltim 2003. Gagal, sempat menganggur. Lalu terpilih kembali jadi Bupati Kutim 2006. Belum selesai ikut lagi Pilgub 2008 dan kali ini sukses menjadi gubernur.
Bersama wakilnya Dr Farid Wadjdy dia menjadi pemimpin Kaltim 2008-2013. Lalu lanjut ke periode kedua 2013-2018 bersama H Mukmin Faisyal. Selesai dari gubernur, dia terpilih kembali ke Senayan menjadi anggota Dewan dari Partai Nasdem periode 2019-2024. Ikut lagi pemilihan legislatif (Pileg) 2024, tapi kali ini dia gagal. Kursinya direbut Nabil Said Amin, putranya Ketua Pemuda Pancasila Kaltim, Said Amin.
Pak Awang layak mendapat predikat Bapak Pembangunan Kaltim. Di masa kepemimpinannya sebagai gubernur, banyak terobosan pembangunan dilakukannya terutama di bidang infrastruktur. Selain jalan tol Balsam, juga Jembatan Pulau Balang dan Mahkota, perluasan Bandara Sepinggan dan dia juga yang memberi nama baru Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan. Lalu membangun bandara Samarinda, yang diberi nama Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (AAP). Dia sangat hormat dengan Kesultanan Kutai Kartanegara. Berkat dia, RSUD A Wahab Syahranie Samarinda dan RSUD Kanujoso Balikpapan menjadi rumah sakit rujukan tipe A terbaik.
Dialah yang ngotot mendirikan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Balikpapan. Bahkan kampusnya belum jadi, dia sudah mengirim 100 mahasiswa ITK kuliah di Institut Teknologi Surabaya (ITS) atas biaya Pemprov Kaltim.
Itu juga yang dilakukannya ketika merintis kerjasama pembangunan kereta api pengangkut batubara dan kelapa sawit dengan perusahaan Rusia, Russian Railways. Meski proyek Kereta Api Borneo itu tak berhasil, tapi dia sudah mengirim ratusan mahasiswa Kaltim belajar soal kereta api di negeri Beruang Merah.
Ada satu proyek yang habis-habisan dia perjuangkan. Yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan di Kutim sejak 2014. Orang pasti ingat Pak Awang tidak selesai memberikan sambutan di mana saja kalau belum menyinggung soal rencana pembangunan KEK Maloy.
Ketika saya masih wali kota, Pak Awang yang mendorong pembangunan jembatan tol Balikpapan-PPU. Badan usahanya sudah dibentuk, sayang dievaluasi kembali menyusul adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Berkat Pak Awang lah, lahir Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) di tahun 2012. Dia ikhlas melepas sebagian wilayah Kaltim yaitu Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung. “Ini sesuai janji politik saya di tahun 2008,” katanya.
Pak Awang sangat berkesan ketika mengikuti pertemuan Global Climate Summit. Dia sempat bertemu dan berbincang dengan bintang film Hollywood Arnold Schwarzenegger saat menjadi Gubernur California, Amerika Serikat. Bahkan sempat mau mengundangnya ke Kaltim dalam Annual Meeting Governor’s Climate and Forest (GCF) Task Force di Balikpapan, September 2017.
“Dia ternyata sosok yang rendah hati. Sebagai fans Terminator Nomor 1, saya ingatkan jangan lupa nonton Terminator,” tulisnya di Instagram. Berkat rintisan Pak Awang, akhirnya di era Gubernur Isran Noor, Kaltim menjadi provinsi pertama di Indonesia yang mendapat dana karbon dari Bank Dunia.
Atas segal pengabdiannya, Pak Awang menerima anugerah Bintang Jasa Utama dari Pemerintah Indonesia, Bintang Legiun Veteran Indonesia, lencana melati Gerakan Pramuka, Satyalencana Kebhaktian Sosial, Satyalencana Pembangunan, Satyalencana Wira Karya dan Karya Setia.
Di sela kesibukannya yang luar biasa, Pak Awang selalu menyanyi. Itu kesukaannya yang tidak bisa diganggu gugat. Dalam keadaan sakit pun tetap bernyanyi. Sudah beberapa album dia lahirkan. Pokoknya selesai acara apapun selalu disudahi dengan menyanyi. Mau siang atau malam. Kesukaan ini diteruskan Bu Meiliana dan Hadi Mulyadi. Dia juga suka bermain golf dan digelari seperti Inspektur Pijai dalam film India. Selalu menang di akhir permainan.
Di akhir perjalanan kariernya, Pak Awang tersandung masalah di KPK. Selain belum terbukti, orang sangat percaya banyak kebaikan yang sudah dilakukan Pak Awang demi Kaltim dan bangsa. Selamat jalan Pak Awang. Allah memaafkan dan insyaallah memberikan tempat sebaik-baiknya. Dia kembali dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin ya rabbal alamin.(*)