Smes Terakhir Mega Membuat Kim Terjengkang

(Catatan Rosadi Jamani, KSPKB)

SIANG tadi, langit seakan bersekutu dengan takdir. Di arena pertarungan, Red Sparks dan Pink Spiders bertempur dalam duel yang lebih dari sekadar permainan. Ini adalah perang kehormatan. Ini adalah pertempuran dua pendekar.

Set kelima. Angka 14-9 untuk keunggulan Pink Spiders. Satu poin lagi, maka laga akan berakhir. Bayangan kekalahan sudah menari-nari di mata para pemain Red Sparks. Tapi di tengah keputusasaan, masih ada bara. Masih ada nyala api yang belum padam.

Bola di tangan Pink Spiders. Seorang pemain muda maju ke garis belakang. Service dilakukan. Bola melesat. Pyo Seon Ju bergerak cepat, menerimanya dengan kedua tangan yang kokoh. Yeum Hye Seon tak membuang waktu, bola diantarkannya dengan presisi. Ke mana? Ke Mega. Ya, Mega. Sang pendekar dari Lembah Merah.

Jempolnya cedera. Sakitnya menusuk sampai ke tulang. Tapi apakah seorang pendekar mengeluh? Tidak! Apakah seorang ksatria menyerah? Tidak! Mega menarik napas, mengumpulkan segala daya. Dari ujung jemari kaki hingga puncak kepalanya, seluruh energi terakhirnya dialirkan ke satu titik. Lengan kanannya.

Boom!

Guntur pecah di dalam arena. Bola melesat bagai anak panah dewa, menembus batas-batas kecepatan manusia. Udara terbelah. Waktu seakan berhenti sejenak. Di hadapan bola yang meluncur bagai meteor itu, berdiri seorang legenda. Kim Yeon Kyung. Ratu voli Korea. Pendekar laba-laba dari negeri seberang. Pemain yang namanya dipuja, disegani, ditakuti.

Bola Mega menghantam dada dan tangannya. Buuk! Suara keras menggema. Kim terjengkang ke belakang. Ia, sang ratu, terdorong oleh kekuatan smes yang lebih mirip pukulan naga.

Namun bola itu, meski begitu kuat, tetaplah bola. Saking kuatnya smesan Mega, bola memantul. Kembali ke lapangan Red Sparks. Mengarah ke tengah.

Enam pendekar Red Sparks membeku. Seakan mereka terkena kutukan dewa. Bola jatuh. Pink Spiders menang.

Kim Yeon Kyung bangkit, merasakan nyeri di tangannya. Tapi ia tersenyum. Kemenangan adalah kemenangan. Ia melompat kegirangan bersama rekan-rekannya.

Di sudut lain, Mega berdiri tegak. Ia tidak menunduk. Tidak menyesal. Ia kalah, tapi tidak benar-benar kalah. Justru dara Jember ini merasa puas. Ia telah mengirim pesan. Ia telah menggetarkan dunia. Kim, ratu yang tak tertandingi, kini tahu namanya.

Siang itu, Mega mencetak 31 poin. Poin tertinggi dari semua pendekar. Di daftar pencetak angka terbanyak, Mega duduk di posisi tiga. 590 poin telah ia kumpulkan.

Ia tertinggal dari Gyselle Silva (613 poin) dan Victoria Dhancak (624 poin). Di bawah Mega, posisi empat Moma Bassoko 531 poin, dan kawan Mega, Vanja Bukilic 528 poin di posisi lima. Sementara Kim Yeon Kyung jauh di bawahnya.

Tapi apakah ini akhir? Tidak. Pendekar dari Lembah Merah belum selesai. Ia hanya menunggu waktu. Putaran kelima waktu untuk balas dendam. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *