(Catatan Rosadi Jamani-KSPKB)
NPC, – Harun Masiku, buronan offline. Fufufafa buronan online. Keduanya sudah jadi legenda, tak bisa ditangkap.
Kopi sudah ada. Singkong rebus plus gula aren, ada. Yok, kita bahas dua buronan paling fenomenal di negeri yang dipimpin Prabowo ini.
Di negeri zamrud khatulistiwa ini, dua tokoh fenomenal menjadi buruan utama. Pertama, Harun Masiku, buronan KPK yang kabarnya lebih licin dari belut basah. Kedua, akun anonim misterius bernama Fufufafa, yang sukses bikin netizen panas dingin lebih dari drama Korea.
KPK bilang mereka tahu lokasi Harun Masiku. Entah di mana, tapi katanya masih “bisa dipantau”. Sebuah pernyataan yang lebih membingungkan dari plot sinetron. Apakah Harun sedang jadi nelayan di Pulau Pasir atau petani stroberi di Himalaya? Tidak ada yang tahu, kecuali KPK, mungkin.
Kini, setelah bertahun-tahun, KPK bahkan mengupdate profile picture Harun. Dari foto monokrom jadi berwarna, lengkap dengan empat sudut kamera seperti pas foto ijazah. Apakah ini strategi agar Harun muncul dengan sukarela karena merasa narsis? Atau biar kita tahu dia memang manusia biasa dengan ciri-ciri yang sangat “umum” kacamata, suara sengau, dan logat salah satu suku di negeri ini.
Tapi tunggu, logat suku? Jika ente bertemu seseorang dengan ciri-ciri ini di warung kopi sambil memesan mi rebus, jangan ragu untuk langsung email penyidik KPK.
Di sisi lain, ada Fufufafa, akun yang menghilang di dunia maya tetapi selalu hidup di hati netizen. Dilaporkan ke polisi berkali-kali, tapi tak kunjung terungkap. Konon katanya, Fufufafa lebih sulit dicari dibandingkan uang kembalian di minimarket.
Netizen berteori, Fufufafa adalah gabungan dari hacker Rusia, ghostwriter, dan alien dari Mars. Polisi pun sepertinya menyerah, sebab menangkap akun seperti ini membutuhkan level kesaktian beyond manusia biasa.
Di zaman canggih ini, di mana drone bisa menangkap pencuri ayam dan satelit bisa melihat semut di Sahara, kita masih gagal menemukan Harun Masiku. Ironisnya, akun anonim seperti Fufufafa, yang seharusnya hanya serangkaian huruf dan angka, juga sulit dilacak.
Jika ini adalah kompetisi, Harun dan Fufufafa pantas mendapat gelar Grandmaster Hide and Seek. Harun mungkin lari dari hukum dunia, sementara Fufufafa lari dari hukum netizen. Keduanya, dengan caranya masing-masing, telah membuktikan bahwa hukum dan teknologi seringkali tunduk pada satu hal, keberuntungan.
Harun Masiku mungkin sedang duduk di pantai, tertawa kecil sambil menikmati es kelapa muda. Sementara Fufufafa dengan santai scrolling linimasa Tiktok. Dunia terus berputar, KPK tetap mencari, netizen tetap marah, dan kita semua hanya bisa menonton drama epik ini sambil menikmati si hitam pahit, kopi liberika.
Indonesia, negeri seribu pulau, dan dua buronan tak tertandingi. (*)