Susah Bikin Anak, Tokyo Tambah Hari Libur

(Rosadi Jamani-KSPKB)

NPC, – Tokyo, kota yang tak pernah tidur, akhirnya mau istirahat lebih lama. Gubernur Yuriko Koike, sang maestro kebijakan, mengumumkan, pegawai negeri Tokyo akan bekerja hanya empat hari seminggu mulai April mendatang. Alasannya? Supaya rakyat Jepang bisa sedikit lebih sering bertemu keluarga. Ini sebuah konsep yang mungkin sudah lama dilupakan sejak era samurai.

Kebijakan ini juga diniatkan untuk mendongkrak angka kelahiran yang terus jatuh seperti daun di musim gugur. Tahun lalu, angka kelahiran cuma 727 ribu jiwa, jumlah yang bahkan kalah dari tiket konser BTS. Dengan tingkat fertilitas 1,2 anak per perempuan, Jepang harus benar-benar memutar otak. Kali ini otak itu mengarah ke, “Yuk, libur lebih lama!”

Sistem kerja empat hari ini bukan sekadar kasih libur, tapi juga “lempar dadu terakhir” pemerintah Jepang untuk membujuk warganya agar memperbanyak anak. Tentu saja, ada opsi tambahan buat orang tua, pulang lebih awal kalau punya anak SD, dengan syarat gaji dipotong. Benar-benar win-win solution! Orang tua punya lebih banyak waktu bersama anak. Sementara pemerintah hemat anggaran. Brilian, bukan?

Namun mari kita refleksikan. Apakah benar dengan libur tiga hari ini, orang-orang langsung semangat punya anak? Atau malah mereka memilih tidur sepanjang hari, binge-watching drama Korea, atau menyusuri lorong gelap YouTube mencari video masakan?

Tidak lupa, pemerintah Jepang juga mendorong pria untuk mengambil cuti ayah. Ini adalah konsep yang di Jepang sama revolusionernya dengan menyuruh sumo bertanding pakai celana jeans. Sebuah langkah besar untuk pria Jepang, yang selama ini terkenal lebih loyal kepada kantor daripada kepada pasangan mereka.

Gubernur Koike bilang, “Waktunya Tokyo melindungi kehidupan.” Luar biasa, wak. Kalimat ini terdengar seperti tagline film superhero. Tapi jangan lupa, superhero juga butuh istirahat. Mungkin Tokyo memang sedang ingin menjadi kota yang penuh cinta, bukan sekadar mesin ekonomi tanpa emosi.

Kebijakan ini adalah eksperimen menarik. Tokyo mencoba menyuntikkan sedikit napas manusiawi ke dalam kehidupan modern yang serba mekanis. Tapi, jika orang-orang tetap tidak semangat memperbanyak anak, apakah mereka akan dipaksa? Kalau iya, bisa-bisa kita lihat spanduk di stasiun berbunyi, “Ayo bercinta untuk masa depan Jepang!”

Mari kita tunggu. Apakah libur tiga hari akan mengubah Tokyo menjadi Paris yang romantis, atau sekadar kota yang lebih banyak orangnya nongkrong di kafe? Semoga saja ini bukan kebijakan yang berakhir dengan “mengayuh perahu ke tengah lautan tanpa mendayung.”

Kalau di negeri kita gimana, bang? Wah, kalau di sini, produksi anak tiada henti. Suka kawin lagi, ups. (*)

One thought on “Susah Bikin Anak, Tokyo Tambah Hari Libur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *