Naik Pinisi ke Pulau Balang

Keluarga besar Pj Bupati PPU Zaenal Arifin di atas kapal pinisi Mahligai Nusantara.

Catatan Rizal Effendi – SAYA baru pertama kali naik kapal pinisi Mahligai Nusantara ke Pulau Balang. Diajak Pj Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Muhammad Zaenal Arifin hari Minggu (15/12). Berangkat dari Pelabuhan Somber, Batu Ampar, Balikpapan Utara.

Lihat Pelabuhan Somber saya jadi teringat Ibu Sumaria Daeng Toba. Pelabuhan itu dulu adalah pelabuhan feri penyeberangan Balikpapan-Penajam. Dioperasikan sejak 1979 hingga 2004. Setelah itu terhenti karena digugat Sumaria. Dia memenangi gugatan, akhirnya Pemprov Kaltim bersama Pemkot Balikpapan membayar harga tanah dan sewa pemakaian total di atas Rp20 miliar.

Suasana Pelabuhan Somber, Batu Ampar, Balikpapan Utara.

Ada rencana pelabuhan Somber akan difungsikan lagi menjadi pelabuhan bongkar muat barang terutama sembako Balikpapan-Mamuju (Sulbar). Menurut Asisten I Pemkot Balikpapan, Zulkifli, pelabuhan itu masih layak digunakan. Tapi kemarin saya lihat ada beberapa tiang pondasi pelabuhan terancam putus akibat korosi.

Aksi Sumaria ternyata belum selesai. Dia kembali menggugat warga yang tinggal di sekitar Pelabuhan Somber. Dia kembali memenangi gugatan. Tanahnya seluas 3,8 hektare. Di situ ada 45 rumah warga. Saat ini tengah dilakukan negosiasi dan rencana eksekusi.

Terlepas soal itu, saya senang bisa ikut perjalanan wisata bersama keluarga besar Pj Bupati PPU, Zaenal Arifin. Dia kelahiran Balikpapan, yang jabatan sebelumnya adalah direktur Konservasi Tanah dan Air, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Bertugas sebagai Pj Bupati PPU sejak 19 September 2024 dan berakhir 10 Februari 2025 nanti saat bupati baru dilantik.

Zaenal membawa keluarga besarnya. Mereka 9 saudara. Salah satunya dr MN Khaeruddin, mantan direktur RS Pertamina Balikpapan. Selain itu ada Muhammad Syarifuddin, dokter spesialis bedah mulut di RS Harapan Kita Jakarta.

Dalam rombongan ada juga Hasbullah Helmi, kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Balikpapan bersama kakak sulungnya Mohammad Hamdhani, mantan GM Inhutani Balikpapan. Ada juga keluarga Ida Nurmin dan Odah dari Tenggarong.

Mereka masih ada hubungan keluarga. Kakek-nenek Zaenal dan Helmi ternyata berdarah India. Saya dengar Helmi dan keluarganya akan berangkat ke Calicut menyusuri silsilah keluarga besarnya. Calicut atau Kozhikode adalah negara bagian Kerala, India yang penduduknya sekitar 500 ribu jiwa. Lebih kecil dari Balikpapan.

Meski hujan, saya senang duduk di dek kapal. Saya bisa menyaksikan lagi kawasan hutan mangrove sepanjang Sungai Somber menuju Teluk Balikpapan. Sesekali saya lihat ada kawanan bekantan (Nasalis larvatus) bergelantungan di antara dahan pohon mangrove. Menarik sekali.

Bekantan itu kita bilang monyet bule atau monyet belanda karena hidungnya yang panjang dan besar. Sifatnya pemalu. Dilindungi UU, karena terancam punah. Adanya hanya di Pulau Kalimantan termasuk di Brunei, dan Malaysia.

Seekor bekantan di pohon mangrove.(Ist)

Di kawasan ini ada yang namanya Agus Bei, penerima penghargaan Kalpataru. Dia penjaga dan pengelola kawasan mangrove seluas 150 hektare di sana. Dia mendirikan Mangrove Center, yang sangat terkenal.

Peneliti dari KLHK Tri Atmoko khawatir keberlangsungan hidup ribuan bekantan di Teluk Balikpapan, karena sumber pakan utamanya dari mangrove jenis perepat (Sonneratia alba) banyak yang mati.

Perjalanan menuju Jembatan Pulau Balang ternyata lama juga. Sekitar dua jam. Tapi tidak menjemukan. Di atas kapal yang dikemudikan Bule, kita dihibur dengan musik elekton yang dimainkan Om Iday. Penyanyinya Dana dan Uya.

Ternyata Pj Bupati dan dr Khaeruddin jago nyanyi. Suaranya bagus. Saya juga didaulat nyanyi. Tapi suara saya, ehm, pas-pasan. Dana tahu lagu kesukaan saya sejak jadi wali kota. Cinta Terbaik dari Cassandra dan Jaga Selalu Hatimu dari Ivan Seventeen.

Tiga bersaudara Zaenal Arifin, M Syarifuddin dan dr MN Khaeruddin.

Rombongan juga dihibur satu sajian tarian dari Papua. Yang menari Eka dan Ayu dari sanggar tari Dewi Ratih. Kalau tidak salah anaknya Bu Eeng yang mengajar tari di sanggar tersebut. Bu Eeng adalah pelaku UMKM makanan Balikpapan, yang sekarang buka warung di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tarian Papua yang dibawakan Eka dan Ayu di atas kapal pinisi.

Sayang dalam perjalanan itu, rombongan tak melihat adanya lumba-lumba tanpa sirip atau pesut laut (Finless porpoise), yang berkeliaran di Teluk Balikpapan. Malah yang terlihat ada seekor buaya muara melintas.

Sekali-sekali mata saya terarah ke sejumlah bangunan industri yang bercokol di bibir Teluk Balikpapan. Di antaranya yang menonjol pabrik minyak sawit Kutai Refinery Nusantara (KRN) dari Apical Group dan terminal batu bara PT Gunung Bayan.

Pemilik Gunung Bayan, Datuk Low Tuck Kwong adalah orang terkaya di Indonesia versi majalah Bloomberg edisi Desember 2024 dengan total kekayaan bersih 27,2 miliar dolar AS atau setara Rp436 triliun lebih.

Sedang KRN milik Sukanto Tanoto, orang kaya ke-5 di Indonesia dengan kekayaan 20,9 miliar US dolar atau Rp335 triliun lebih. Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN adalah lahan HTI-nya Sukanto. KRN pengelola dan pengekspor minyak sawit, biodesel dan produk turunan lainnya terbesar di negeri ini.

BERKAT GUBERNUR AWANG FAROEK

Puncak pelayaran kita mengelilingi jembatan Pulau Balang. Jembatan ini sekarang menjadi tujuan wisata baru dari Balikpapan dan PPU setelah kehadiran IKN.

“Sebenarnya lebih cantik kita lihat malam hari dengan tata lampunya yang sangat eksotik. Tapi perjalanan malam hari agak rawan karena banyak kapal kecil milik warga yang tidak menggunakan lampu melintas,” kata Dana.

Kapal pinisi Mahligai Nusantara beroperasi tiap hari. Tarifnya per orang Rp250 ribu. Jika dicarter Rp10 juta per sekali perjalanan. Dapat makan siang gratis plus minum dan makanan camilan serta hiburan elekton.

Jembatan Pulau Balang yang diresmikan Presiden Jokowi pada 28 Juli 2024 menjadi penghubung jalan tol dari Balikpapan ke lokasi IKN di Sepaku. Juga terhubung ke Bandara Naratetama atau Bandara VVIP yang berada di Kelurahan Gersik.

Dulunya Jembatan Pulau Balang dibangun untuk kepentingan konektivitas Balikpapan, PPU dan Kalsel. Adalah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak yang ngotot membangunnya. Terdiri dari bentang pendek antara PPU ke Pulau Balang sepanjang 470 meter dan bentang panjang dari Pulau Balang ke Balikpapan sepanjang 804 meter.

Bentang pendeknya dibiayai dana APBD Kaltim sebesar Rp425 miliar, sedang bentang panjangnya menjadi beban APBN sebesar Rp1,4 triliun lebih dengan skema pembiayaan melalui Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Jembatan Pulau Balang dibangun mulai tahun 2015 dan tersambung tahun 2020. Tapi belum bisa dimanfaatkan karena jalan pendekatnya di kawasan Kariangau belum beres. Syukur ada proyek IKN, sehingga Kementerian PUPR bergegas menuntaskannya.

Berpose sejenak di bawah jembatan Pulau Balang.

Menara jembatan atau cable stayed Jembatan Pulau Balang menjadi menara terpanjang kedua setelah Jembatan Suramadu di Selat Madura.

Untuk meningkatkan konektivitas, PUPR sekarang ini lagi membangun jembatan duplikasi atau kembarannya di sisi bentang pendek. Hampir rampung. Progres terakhir dilaporkan sudah di atas 70 persen.

Bersama Awang Faroek, waktu itu kita juga ingin membangun jembatan tol antara Senipah, PPU ke Lapangan Merdeka Balikpapan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sudah dibentuk badan usahanya melibatkan, Pemprov Kaltim, Pemkab PPU, Pemkot Balikpapan dan PT Waskita dari BUMN.

Desain jembatan dirancang dengan ketinggian 50 meter dari permukaan air laut pasang. Sayang rencana ini jadi mandek menyusul kehadiran proyek IKN. Kementerian PUPR dan Perhubungan khawatir jembatan itu mengganggu lalu lintas kapal-kapal besar.

Mengakhiri perjalanan, Pj Bupati PPU mengajak kita nyanyi bersama lagunya Iwan Fals, Kemesraan.

“Biar kemesraan kita dan masyarakat tetap terjaga,” katanya. Saya lihat sejumlah bekantan di sekitar Pelabuhan Somber bergelantungan. Mungkin mereka ingin menyampaikan salam perpisahan. Sambil berpesan, kapan-kapan bertemu lagi. He..he.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *