Perang Ukraina, Krisis Laut Hitam dan Ancaman Pangan Global

Bloomberg, Perusahaan-perusahaan pertanian besar di Ukraina memutuskan membatasi penanaman tanaman musim dingin setelah Rusia memblokir jalur ekspor utama Laut Hitam, yang bisa memukul pasokan pangan dunia untuk dua tahun ke depan.

Saat ini opsi para petani Ukraina menyempit seiring dengan memburuknya ekonomi bisnis mereka. Ruang penyimpanan mereka terbatas karena hasil panen tahun ini menumpuk, sementara koridor pengiriman alternatif di sepanjang Sungai Danube mahal dan kapasitasnya kecil. Pelabuhan biji-bijian di sungai juga diserang oleh pesawat tak berawak (drone) Kremlin.

Keputusan yang diambil para petani Ukraina dalam beberapa minggu ke depan – untuk gandum, jelai (barley), dan rapeseed – akan berdampak pada panen tahun 2024. Hal ini akan berdampak pada pendapatan Ukraina yang sangat bernilai, dan juga pada pasokan bahan baku utama global.

“Ini adalah bencana besar,” kata Roman Slaston, kepala klub agribisnis Ukraina. “Kami tentu akan mengalami penurunan gandum musim dingin dan barley serta gandum hitam musim dingin.”

Perusahaan agribisnis Ukraina, IMC dan HarvEast, sudah mengurangi penanaman gandum, dengan berencana hanya menanam hampir sepertiga lahannya saja. IMC juga tidak akan menanam rapeseed musim dingin, kata CEO perusahaan Alex Lissitsa.

“Saat ini tidak memungkinkan untuk menjual biji-bijian karena harganya di bawah biaya produksi,” ujar Lissitsa.

Secara tradisional, Ukraina mengirimkan biji-bijian ke seluruh dunia dari pelabuhan-pelabuhannya di Laut Hitam. Meskipun Rusia awalnya memblokir rute tersebut setelah melakukan invasi tahun lalu, kesepakatan koridor ini yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki sehingga ekspor bisa dilanjutkan.

Setelah satu tahun pengiriman yang berulang kali diganggu oleh Moskow, Rusia keluar dari kesepakatan tersebut bulan lalu. Sejak saat itu, Kremlin telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur biji-bijian di Ukraina, termasuk pelabuhan-pelabuhan utama di Danube dan menembakkan rudal yang merusak peralatan di terminal kargo wilayah Odesa.

Ukraina telah mengalihkan beberapa ekspor hasil bumi melalui jalur kereta api, jalan darat, dan sungai melalui negara-negara tetangganya di Eropa, tetapi volume ekspor tersebut menyebabkan ketegangan. Polandia, Slovakia dan Hungaria, bersama dengan Bulgaria dan Rumania, telah melarang pembelian biji-bijian Ukraina setelah penurunan harga memicu protes dari para petani lokal.

Rusia Paling Diuntungkan

Sejauh ini, dampak pasti pada area penanaman musim dingin untuk gandum, barley dan rapeseed masih belum jelas karena hujan menunda panen tanaman sebelumnya. Bulan Agustus dan September merupakan periode penting penanaman tanaman musim dingin di Ukraina. Ladang-ladang akan tertidur selama bulan-bulan, sebelum memulai kembali penanaman di musim semi.

Menurut Dewan Biji-bijian Internasional, total produksi biji-bijian di Ukraina telah turun 37% tahun ini dibandingkan dengan tingkat sebelum serangan Rusia. Perang juga telah membuat Ukraina kehilangan lahan dan mengganggu pekerjaan di ladang, para petani harus membersihkan bom dan ranjau.

Kini, penutupan koridor Laut Hitam mengancam pasokan gandum akan semakin terbatas hingga akhir tahun 2024.

Lissitsa dari IMC mengungkapkan hasil panen menumpuk di kantong-kantong silo di ladang karena tidak ada tempat penyimpanan. Serangan Rusia terhadap pelabuhan sungai Ukraina juga menambah masalah Ukraina karena para pemilik kapal menjadi was-was untuk beroperasi di sana.

“Kami hanya menyimpannya dengan harapan bisa menjualnya nanti,” ujar Lissitsa. “Semua orang mencoba mengekspor melalui Danube, tetapi ada batasannya.”

Kapal yang mengangkut biji-bijian berlayar di Selat Bosporus saat Rusia setuju melanjutkan kesepakatan ekspor dengan Ukraina. (Sumber: Bloomberg)

HarvEast, yang kehilangan sebagian besar lahannya akibat invasi Vladimir Putin, mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan sekitar 10-15% lahan yang paling tidak produktif dari lahan pertaniannya.

“Dengan harga produk pertanian saat ini, mengingat masalah logistik petani Ukraina, dan mengingat jumlah panen yang kami dapatkan dari lahan yang kurang produktif, mustahil mendapatkan keuntungan dari sana,” ujar CEO Dmitry Skornyakov.

Di wilayah Kyiv, perusahaan berencana untuk menanam gandum musim dingin hanya setengah dari jumlah yang ditanam pada musim lalu.

Salah satu alternatif yang disarankan oleh Lithuania adalah menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Laut Baltik untuk transit ekspor pertanian Ukraina. Namun, hal ini dapat melipatgandakan biaya pengiriman dari perbatasan Ukraina, mengingat jarak yang harus ditempuh mencapai terminal-terminal tersebut. Uni Eropa sedang mempertimbangkan memberikan subsidi untuk biaya-biaya tersebut.

Penerima manfaat paling besar dari tantangan yang dihadapi para petani gandum Ukraina sampai tahun 2024 adalah Rusia, demikian menurut Hélène Duflot, analis pasar biji-bijian di Strategie Grains.

“Secara keseluruhan, pasokan global terkonsentrasi di Rusia lagi,” kata Duflot. “Rusia akan menjadi penentu harga di pasar.”

–Dengan asistensi Megan Durisin dan Volodymyr Verbyany.

(bbn-https://www.bloombergtechnoz.com/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *